Sunday, March 22, 2009

Ketika ujian itu datang . . .

Berita itu datang tiba-tiba…salah satu tante q diduga menderita leukemia (ya Allah, mendengar nama penyakitnya saja membuat oksigen sulit masuk ke jalur pernapasan). Siang itu SMS masuk dari adik mama paling kecil, ‘Ki, tante mau dipindah ke rumah sakit kanker di Jakarta karena diduga menderita leukemia’. Saat itu, kaki terasa lemas dan yang langsung q kerjakan adalah menelpon balik memastikan kebenaran berita. Bagai ditimpa benda berat sehingga air mata keluar tanpa dipaksa. Pertahanan diri q jebol, q tidak kuat padahal sudah berusaha q tahan (lg di kantor soalnya).

Awalnya keluarga menduga tante hanya sakit biasa. Setelah 1 minggu berlalu, sakitnya tidak kunjung membaik. Oleh karena itu, dia dibawa ke dokter. Dokter pertama langsung memvonisnya leukemia. Keluarga tidak langsung terima diagnosis dokter tersebut karena pemeriksaannya yang tidak lengkap. Tante dibawa ke dokter lain untuk mencari second opinión. Dokter kedua menyatakan leukosit tante terlalu tinggi yang mungkin diakibatkan adanya infeksi pada kaki sehingga dirujuk ke rumah sakit. Kaki tante luka akibat menendang sesuatu di jalan. Akhirnya, tante harus dirawat di rumah sakit selama 3 hari dan rumah sakit itu merujuknya ke rumah sakit khusus kanker di Jakarta. Ya Allah, apa lagi ini? Apa episode ini harus kami jalani? Tak terbayangkan q melihatnya di rumah sakit itu …

Tante akhirnya dirawat di rumah sakit daerah di Jakarta tapi terkenal di seluruh Indonesia. Tante mengikuti serangkaian pemeriksaan. Jumat malamnya pulang kerja q langsung ke rumah sakit. Q cuma dapat info gedung A lt. 6, uupss…ternyata q belum pernah datang ke sana sendirian. Tapi itu bukan halangan, Allah telah memberikan q mulut dan otak untuk bertanya ke orang lain serta berpikir. Orang yang ditanya menyarankan untuk lewat IGD aja biar lebih cepat. Ya ampyun, q harus lewat IGD, tidak kebayang deh. Setelah beberapa kali bertanya, q ikuti juga saran mereka. IGD cukup ramai orang dan ruangannya tidak nyaman banget. Q tidak terlalu memerhatikan lebih detail karena q harus sampai di gdg. A segera karena waktu dah menunjukkan pkl. 8 malam. Gedung A akhirnya terlihat sudah setelah melalui lorong-lorong rumah sakit yang panjang dan tidak terlalu terang. Alhamdulillah, sampe juga dan tujuan pertama adalah lift tanpa bertanya-tanya lg ke orang (so pd aja). Khawatir dicurigai satpam dan nanti dilarang masuk karena waktu bezuk sudah lewat.

Sampai lantai 6…langsung menuju ke kamar tante. Saat sampai, tante sedang diperiksa dokter dan suster. Tante dan Om ki yang lain juga ada di dalam kamar. Hampir saja air mata ini mengalir keluar ketika melihat kondisi tante (Ya Allah, beri kesembuhan dan berikan kekuatanMu padanya). Badannya lemah, kurus, wajahnya pucat, dan bibir yang kering agak biru. Dokter menyarankan untuk segera diberi suntikan untuk menurunkan kadar leukositnya yang tinggi. Tante punya jumlah leukosit 117 ribu dari jumlah normal 10.000. Bayangkan, hampir 12 kali lipat banyaknya dan itu bukanlah leukosit yang normal. Suntikan itu diberikan setelah ada persetujuan dari keluarga karena ada efek samping berupa mual dan muntah. Q dan om tidak bisa memberikan persetujuan atas pemberian suntikan itu karena qt merasa ada yang lebih berhak memutuskannya, yaitu suami dan anak tante. Om dan tante q harus pulang dan q bertahan di rumah sakit sambil menunggu anak tante datang. Sambil menunggu, q menjaga tante q semaksimal mungkin. Setiap 20 menit gusi tante mengeluarkan darah kental berwarna merah tua. Saat itu, q tutup jalur air mata dan mengeraskan hati biar terlihat tegar di depannya. Q tidak boleh lemah supaya tante tidak khawatir dengan penyakitnya. Q harus mengambil darah-darah itu dengan tisu karena tante tidak bisa mengeluarkannya sendiri. Berat sekali ya Allah saat melakukannya. Alhamdulillah, q bisa melakukannya. Terkadang tante merasa pegal di punggung sehingga dia tidur dalam posisi miring. Sambil q usap punggungnya q ajak dia berdoa, Allahumma ‘afinii fii badanii…Allahumma ‘afinii fii sam’ii…Allahumma ‘afinii fii bashorii. Mata q berkaca-kaca saat tante mengulang-ulang bacaan itu. Ya Allah, semoga dugaan itu salah dan dia akan kembali ke keluarga dalam keadaan sehat, Amiiiiin ya Robbalallamin…

Waktu terus berjalan…dokter juga terus menanyakan kehadiran keluarga yang akan menandatangani surat pernyataan. Hp mati, q tidak bisa menghubungi siapapun. Dengan terpaksa, sekitar pkl. 9.30 malam q harus keluar rumah sakit untuk mencari wartel terdekat dan sekali lagi q menyusuri lorong rumah sakit seorang diri. Saat itu, q tidak peduli dengan lingkungan sekitar sehingga tidak ada rasa takut di hati. Akhirnya, anaknya datang juga tepat pkl. 10.30 malam dan langsung menandatangai surat pernyataan itu demi kebaikan tante. Sekitar jam 11 malam, tante disuntik dua kali di punggung, tetapi sebelumnya tante diberikan obat anti mual sebagai penangkal efek obat yang disuntikkan. Obat yang disuntikkan jumlahnya cukup banyak sehingga membutuhkan waktu agak lama untuk memasukkannya ke dalam tubuh tante. Q tau suntikan di punggung itu sakit karena q melihat dari raut wajah dan genggaman tangan tante ke pinggir tempat tidur. Q cuma bisa mengusap-usap kakinya sebagai dukungan moril dan menyiratkan bahwa semuanya akan baik2 aja. Untuk lebih memastikan kondisi tante, harus dilakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang. Ya Allah mendengarnya, membuat q harus menapas dalam2 karena q tau itu akan sangat sakit sekali.

Dokter tidak bisa langsung memvonis penyakit tante adalah leukemia tapi dari gejala-gejala yang ada dugaan sementara lebih berat ke leukemia. Gejalanya antara lain, pendarahan pada gusi, adanya lebam berwarna biru di tubuh, dan kadar leukosit yang tinggi.

Tapi HARAPAN ITU MASIH ADA

Malam itu pkl. 11.30 malam q meninggalkan kamarnya dengan tenang dan keyakinan bahwa ujian ini harus bisa dilalui karena keluarga dan tim dokter akan berusaha semaksimal mungkin. Hasilnya akan diserahkan kepada Allah yang mengusai setiap jiwa-jiwa manusia.

Alhamdulillah, semangat tante untuk sembuh tinggi dan ini yang membuat keluarga merasa adanya aura positif bahwa tante akan sembuh. Tante mau melakukan apa aja dan pasrah demi kesembuhannya. Dan harus diyakini bahwa setiap musibah yang menimpa seorang muslim baik berupa penyakit, rasa lelah, sedih, kekalutan hati, dan rasa susah, hingga duri yang menusuk kaki, pasti akan menjadi penebus dosa-dosanya.


HR Bukhari: Abu Hurairah r.a berkata, Rasul SAW bersabda: “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik maka ditimpakan ujian kepadanya.”

2 comments:

  1. Qq sayang,

    semoga Allah memberi kesembuhan untuk tante Q. Dan semoga Allah juga memberi kekuatan untuk Qq dan keluarga...sehingga bisa mendampingi Tante Q dalam pengobatannya.

    Yang tegar ya Q...kasi semangat terus sama Tantenya. Ingat, Hidup mati seseorang ditangan Allah..bukan ditangan dokter. Keajaiban masih ada kok :D

    ReplyDelete
  2. Yang kuat ya Ki. Insya Allah penyakit itu dapat menjadi penebus dosa-dosa tante. Mintalah yang terbaik pada Allah.

    ReplyDelete